Posted by :
Unknown
Minggu, 13 Desember 2015
TEORI GAGNE
Robert M. Gangne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang telah
mengembangkan suatu pendekatan prilaku eklektik mengenai psikologi
belajar. Dalam bab ini kita akan membahas hasil-hasil belajar yang
dikemukakan oleh Gagne, serta kejadian-kejadian belajar dan
kejadian-kejadian instruksi, dan hubungan antara kejadian-kejadian itu.
A. Hasil-hasil Belajar menurut Gagne
Gagne mengemukakan lima macam hasil belajar, tiga diantaranya
bersifat kognitif, satu bersifat afektif, dan satu lagi bersifat
psikomotorig. Penampilan-penampilan yang diamati sebagai hasil-hasil
dasar disebut kemampuan-kemampuan atau kapabeliti.
Menurut Gagne ada lima kemampuan-kemampuan, yaitu kemampuan pertama
disebut kemempuan-kemampuan intelektual, karena keterampilan itu
merupakan penampilan-penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang
operasi-operasi intelekual yang dapat dilakukannya. Kemampuan kedua
meliputi penggunaan strategi-strategi kognitif, nomor tiga, berhubungan
dengan sikap atau memungkinkan sekumpulan sikap-sikap yang dapat
ditunjukkan oleh prilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap
kegiatan-kegiatan sains. Nomor empat dari hasil belajar gagne ialah
informasi verbal, dan yang terakhir adalah keterampilan-keterampilan
motorik,
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan-keterampilan intelektual memungkinkan seseorang
berinteraksi dengan lingkungannya melalui pengguaan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan. Belajar keterampilan inteektual telah dimulai sejak
tingkat-tingkat pertama sekolah dasar dan dilanjutkan sesuai dengan
perhatian dan kemampuan intelektual seseorang.
Belajar memprngaruhi perkembangan intelektual seseorang dengan cara
yang disarankan oleh digram. Untuk memecahkan masalah siswa memerlukan
aturan-aturan tingkat tinggi, yaitu aturan-aturan yang kompleksdemikian
pula diperlukan aturan-aturan dan konsep-konsep terdifinisi. Untuk
memperoleh aturan-aturan ini, siswa sudah harus belajar beberapa konsep
konkrit, dan untuk belajar konsep-konsep konkrit ini, siswa harus
menguasai deskriminasi-deskriminasi.
a. Deskriminasi-deskriminasi
deskriminasi merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan
respons-respons yang berbeda terhadap stimulus-stimulus yang berbeda
dalam satu atau lebih dimensi fisik
PEMECAHAN MASALAH
Melibatkan pembentukan
ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI
Yang membutuhkan sebagai prasyaratan-prasyaratan
ATURAN-ATURAN
Dan
KONSEP-KONSEP TERDEFENISI
Yang memerlukan prasyaratan-prasyaratan
KONSEP-KONSEP KONKRIT
Yang memerlukan sebagai prasyaratan-prasyaratan
DISKRIMINASI-DISKRIMINASI
Tingkat-tingkat kompleksitas dalam keterampilan intelektual
b. Konsep-konsep konkrit
Menurut gagne, satu keteramilan intelektual ialah konsep konkrit, dan
suatu konsep konktir menunjukkan suatu sifat objek atau atribut objek
dimana bentuk, dll. Konsep ini disebut ”konkrit”, penampilan manusia
yang dibutuhkan konsep-konsep ini adalah mengenal satu objek yang
konkrit.
Contoh-contoh sifat konkrit adalah bulat, persegi, biru, merah,
lurus, dll. Kita dapat mengatakan bahwa orang tertentu telah mempelajari
suatu konsep konkrit, dengan meminta orang untuk menunjukkan dua atau
lebih anggota-anggota yang termasuk kedalam kelas sifat objek sama;
misalnya dengan menunjukkan pada suatu uang logam, suatu ban mobil, dan
bulan purnama sebagai bulat. Operasi menunjuk dapat dilakukan dengan
berbagai cara; dapat dengan memilih, melingkari; atau memegang.
c. Konsep terdefinisi
Seseorang dikatakan telah belajar suatu
konsep terdefinisi bila ia dapat mendemonstrasikan arti dari kelas
tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau hubungan-hubungan.
Misalnya, kita perhatikan konsep asam, suatu zat yang yang memerahkan
kertas lakmus biru. Seorang siswa yang telah memelajari konsep itu,akan
dapat memilih zat sesuai dengan definisi, dengan memperlihatkan jika
dimasukkan kertas lakmus biru kedalam zat itu. Demonstrasi tentang arti,
membedakan proses mental ini dari proses mental yang menyangkut
mengingat informasi verbal, seperti “Asam adalah zat yang dapat
memerahkan kertas lakmus biru.
d. Aturan-aturan
Seorang telah belajar suatu aturan, bila penampilannya mempunyai
semacam keteraturan dalam berbagai situasi-situasi khusus, banyak contoh
mengenai perilaku yang dikuasai oleh aturan. Sebagian besar dari
perilaku manusa termasuk perilaku ini. Misalnya dalam membuat suatu
kalimat “ibu mencium adik dengan penuh kasih sayang”, kata kerja mencium
ditempatkan sesudah kata ibu, tidak sebelumnya. Demikian pula kata-kata
yang lain dalam kalimat itu sudah mengikuti suatu aturan dalam bahas
kita. Dengan aturan yang telah kita pelajari ini, kita dapat menyusun
kalimat-kalimat lain dengan menyusun struktur yang sama.
Setelah kita mengenal apakah aturan itu, ddapat kita menerima bahwa
suatu konsep terdefinisi seperti yang telah dijelaskan terdahulu,
pernyataannya tidak berbeda dengan suatu aturan, dan dipelajari dengan
cara yang sama. Dengan lain perkataan, suatu konsep terdefinisi meruakan
suatu bentuk khusus dari aturanyang bertujuan untuk mengelompokkan
objek-objek dan kejadian-kejadian; konsep terdefinisi adalah suatu
aturan pengklasifikasian.
e. Aturan-aturan tingkat tinggi
Ada kalanya aturan-aturan yang kita pelajari merupakan gabungan yang
kompleks tentang aturan-aturan yang lebih sederhana. Lagi pula, kerap
kali aturan-aturan yang kompleks atau aturan-aturan tinkat tinggi ini
ditemukan untu memecahkan masalah praktis atau sekelompok masalah.
Kemampuan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya, merupakan tujuan
utama proses pendidikan. Bila para siswa memecahkan suatu masalah
mewakili kejadian-kejadian nyata, para siswa juga mencapai suatu
kemampuan baru. Mereka telah belajar sesuatu yang dapat
digeneralisasikan pada masalah-masalah lain yang mempunyai ciri-ciri
formal yang mirip. Ini berarti, mereka telah memperoleh suatu aturan
baru atau mungkin juga suatu set baru tentang aturan-atauran.
Aturan-aturan memegang peranan penting dalam pemecahan masalah. Tidak
mungkin bagi siswa untuk memperoleh semua aturan yang diperlukan bagi
setiap situasi, konsep-konsep dan aturan-aturan harus disintesis menjadi
bentuk-bentuk kompleks yang baru agar siswa dapat menghadapi
situasi-situasi masalah yang baru. Pemecahan masalah merupakan suatu
kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang
telah diperoleh sebelumnya dan tidak sebagai keterampilan genetik.
Kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah matematika tidak secara
otomatis pindah ke pemecahan masalah-masalah mekanik suatu mobil.
2. Strategi-Strategi Kognitif
Suatu macam keterampilan intelektual khusus mempunyai kepentingan
tertentu bagi belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori
belajar modern, suaatu strategi kokginitif merupakan suatu proses
kontrol, yaitu proses internal yang digunakan siswa (orang yang belajar)
untuk memilih dan mengubah cara-cara memberikan, perhatian, belajar,
mengingat dan berpikir. Beberapa tulisan Bruner dalam memecahkan
masalah.
Berbagai macam strategi kognitif
a. Strategi-stratei mengaafal (rehearsal strategies)
Dengan pertolongan strategi ini, para siswa melakukan latihan mereka
sendiri tentang materi yang dipelajari. Dalam bentuk yang paling
sederhana, latihan itu berupa mengulang-ngulang nama-nama dalam suatu
urutan misalnya, nama pahlawa-pahlawan, tahun-tahun, pecahnya perang
Dunia. Dalam empelajari tugas-tugas yang lebih kompleks, misalnya
mempelajari gagasan-gagasan yang penting, menghaafal dapat dilakukan
dengan menggaris bawahi gaagasan-gagasan penting itu, atau dengan
menyalin bagian-bagian teks.
b. Strategi-strategi elaborasi
Dalam menggunakan teknik elaborasi, siswa mengasosiasikan hal-hal
yang akan ddipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila
diterapkan pada belajar dari teks prosa missalnya, kegiatan elaborasi
merupakan pembuatan paraprase, pemuatan rngkasan, pembuatan catatan, dan
perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban.
c. Strategi-strategi pengaturan (organizing strategi)
Penyusunan materi yang akan dipelajari kedalamm ssuatu kerangka,
merupakan teknik dasar dari strategi-strategi ini. Sekumpulan kata yang
harus diingat diatur oleh siswa menjadi kategori-kategori yang bermakna.
Hubungan-hubungan antara fakta-fakta disusun menjadi tabel-tabel ,
memungkinkan penggunaan pertolongan penyusunan ruang.
d. Strategi metakognitif
Menurut Brown, strategi-strategi metakognitif meliputi
kemampuan-kemampuan siswa untukk menentukan tujuan-tujuan belajar,
memperkirakan keberhasialan pencapaian tujuan-tujuan itu.
e. Strategi-strategi Afektif
Teknik-teknik ini digunakan para siswa untuk meemusatkan dan
mempertahankan perhatian, untuk mengendalikan kemarahan, dan menggunakan
waktu secara efektif
3. Invormasi Verbal
Informasi verbal juga disebut pengetahuan verbal;menurut teori,
pengeetahuan ini disimpan seebagai jaringan proposisi-proposisi (Anderson.1985; E.D Gagne, 1985). Nama lain untuk pengetahuan verbal ialah pengetahuan deklaratif.
4. Sikap-Sikap
Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari, dan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian,
atau mkluk-mahkluk hidup lainnya. Sekelompok sikap yang penting ialah
sikap-sikap kita terhadap orang lain. Karena itu, gagne juga
memperhatikan bagaimana siswa-siswa memperoleh sikap-sikap sosial ini.
Suatu sikap mempengaruhi sekumpulan besar perilaku-perilaku khusus
seseorang, oleh karena itu ada beberapa prinsi-prinsip belajar umum yang
dapat diterapkan untuk memperoleh dan mengubah sikap-sikap
keterampilan-keterampilan motorik tidak dapat membahas yang mendalam
dalam buku ini.
5. Keterampilan-keterampilan motorik
Keterampilan-keterampilan motorik tidak hanya mencakup
kegiatan-kegiatan fisik, melainkan juga kegiatan-kegiatan motorik yang
digabung dengan keterampilan intelektual, misalnya bila membaca, menulis
atau dalam pelajaran sains bagaimana menggunakan berbagai macam alat,
seperti mikroskop, berbagai alat-alat listrik dalam pelajaran fisika,
dan biuret, alat destilasi dalam pelajaran kimia.
B. Kejadian-Kejadian Belajar
Bertitik tolak dari model belajarnya, yaitu model pemrosesan
informasi, Ggne mengemukakan delapan fase dalam satu tindakan belajarr.
Fasa-fasa itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat
distrukturkan oleh siswa(yang belajar) atau guru.
1. Fasa motifasi
Siswa (yang belajar harus diberi motifasi untuk belajar dengan
harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah. Misalnya siswa-siswa
dapat mengharapkan bahwa informasi akan memenuhi keingintahu mereka
tentang suatu pokok bahasan, akan berguna bagi mereka, atau dapat
menolong mereka untuk memperoleh angka yang lebih baik.
2. Fasa pengenalan
Siswa harus memberikan perhatian pada bagian-bagian yang esensial dri
suatu kejadian instruksional, jika belajar akan terjadi, misalnya siswa
memperhatikan asek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru,
atau tentang gagasan-gagasan utama buku teks.
3. Fasa perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap
untuk menerima pelajaran. Sudah dikemukakan sebelumnya, bahwa informasi
tidak langsuung disimpan dalam memori. Informasi-informasi tersebut
diubah kedalam bentuk yang bermakna yang diubungkan dengan infomasi yang
telah ada dalam memori siswa.
4. Fasa retensi
Informasi baru harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori
jangka panjang. Ini dapat terjadi mellalui pengulangan kembali
(rehearsal), praktek, elaborasi, dan lain-lainnya.
5. Fasa pemanggilan (recall)
Mungkin saja kita dapat kehilangan hubungan dengan informasi dalam
memori jangka anjang. Jadi, bagian penting dalam belajar adalah untuk
belajar memperoleh hubungan apa yang telah kita pelajari, untuk
memanggil informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Fase generalisasi
Biasanya ini kurang nilainya, jika tidak dapat diterapkan diluar
konteks dimana informasi itu dipelajari. Jadi, generalisasi, atau
transfer informasi pada
situasi-situasi baru merupakan fasa kritis dalam belajar.
C. Kejadian-Kejadian Instruksi
Berdasarkan analisisnya tentang kejadian-kejadian belajar, Gagne
menyarankan kejadian-kejadian instruksi. Menurut Gagne, bukan hanya guru
yang dapat memberikan instruksi. Mengajar dapat kita pandang sebagai
usaha mengontrol kondosi eksternal. Kondisi eksternal merupakan satu
bagian dari proses belajar, namun termasuk tugas guru dalam mengajar.
Menurutnya mengajar terdiri dari sejumlah kejadian-kejadian tertentu
yang dikenal dengan ” Kejadian-Kejadian instruksi ” yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Mengaktifkan motivasi (activating motivation)
Langkah pertama dalam suatu pelajaran adalah memotivasi para siswa untuk belajar.Kerap kali ini dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan dengan mengemukakan kegunaannya.
2. Memberi tahu tujuan-tujuan belajar
Kejadian instruksi kedua ini sangat erat hubungannya dengan kejadian
instruksi pertama. Sebagian dari mengaktifkan motivasi para siswa adalah
dengan memberi tahu mereka tentang mengapa mereka belajar apa yang mereka pelajari, dan apa
yang akan mereka pelajari. Memberi tahu para siswa tentang
tujuan-tujuan belajar juga menolong memusatkan perhatian para siswa
terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.
3. Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Yang satu berfungsi untuk membuat siswa saiap menerima stimulus-stimulus.
Bentuk kedua dari perhatian disebut persepsi selektif .
Dengan cara ini,siswa memilih informasi yang mana yang akan diteruskan
ke memori jangka-pendek. Dalam mengajar, seleksi stimulus-stimulus
relevan yang akan dipelajari dapat ditolong guru dengan cara mengeraskan
ucapan suatu kata selama mengajar, atau menggaris-bawahi suatu kata
atau beberapa kata dalam suatu kalimat, atau dengan menunjukkan sesuatu
yang harus diperhatikan para siswa.
4. Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau
Guru dapat berusaha dalam menolong siswa-siswa dalam mengingat atau
mengeluarkan pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka-panjang itu.
Cara menolong ini dialakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
pada para siswa, yang merupakan suatu cara pengulangan.
5. Menyediakan bimbingan belajar
Untuk memperlancar masuknya informasi ke memori jangka-panjang,
diperlukan bimbingan langsung dalam pemberian kode pada informasi. Untuk
mempelajari informasi verbal, bimbingan itu dapat diberikan dengan cara
mengaitkan informasi baru itu pada pengalaman siswa. Dalam belajar
konsep dapat diberikan contoh-contoh dan noncontoh-noncontoh.
6. Melancari Retensi
Retensi atau bertahannya materi yang dipelajari (tidak dilupakan)
dapat diusahakan oleh guru dan para siswa itu sendiri dengan cara banyak
kali mengulangi pelajaran itu. Cara lain adalah dengan memberi banyak
contoh-contoh. Dapat pula diusahakan dengan menggunakan “jembatan
keledai. Dengan cara ini, materi pelajaran disusun demikian rupa hingga
mudah diingat.
7. Membantu transfer belajar
Tujuan transfer belajar ialah menerapkan apa yang telah dipelajari
pada situasi baru. Ini berarti, bahwa apa yang telah dipelajari itu
dibuat umum sifatnya. Melalui tugas pemecahan masalah dan diskusi
kelompok guru dapat membantu transfer belajar. Untuk dapat melaksakan
ini para siswa diharapkan telah menguasai fakta-fakta, konsep-konsep,
dan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan.
8. Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik
Hasil belajar perlu diperlihatkan melalui suatu cara, agar guru dan
siswa itu sendiri mengetahui apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk
itu, guru sebaiknya tidak menunggu hingga seluruh pelajaran selesai.
Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini mungkin kepada siswa untuk
memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi umpan balik,
sehingga pelajaran akan berjalan dengan lancar.
Sumber : Teori-Teori Ilmu Pendidikan